Minggu, 09 Desember 2007

Kampanye Seni dan Budaya (2)

Kampanye Seni dan Budaya (2)

Malam cerah, Sabtu (8/12/2007) menjadi saksi atas khidmatnya semangat juang anak2 FLP. Kembali tim FLP dan MURI Center bergerilya di sepanjang tenda makan jalan Kaliurang. Hymne Gadjah Mada dan puitisasi “Idealisme Kami” menggema selama kurang lebih 2 jam, menambah syahdu suasana makan malam pengunjung tenda makan sepanjang jalan Kaliurang.

Kali ini, tim FLP dan MURI Center telah siap dan harmonis dengan lagu dan puisi yang dibawakan. Fikri (sang conductor) memimpin hymne bak seorang conductor terkenal. Tempo hymne Gadjah Mada yang agak lambat, dapat dinyanyikan dalam tempo yang teratur di tangan Fikri. “Menyanyi itu harus dari hati , begitu juga dalam membaca puisi. Tidak hanya asal bunyi” ucap fikri pada FLP News.

Ditengah kampanye seni budaya yang dilakukan, tim FLP dan MURI Center sempat bentrok dengan seorang pengamen. Alhamdulillah, kesalahpahaman antara pengamen dengan tim FLP bisa diselesaikan dengan baik oleh Reza. “saya salut dengan reza, dia benar2 leader sejati. Dalam menyelesaikan konflik dengan pengamen tersebut, reza tidak segan untuk memeluk, menjelaskan dan meminta maaf. Suasana panas pun cair seketika…Two Thumbs for Reza Ikhwan” ujar Prima (Calon Anggota DPM dari FLP).

Kampanye seni budaya ini juga di apresiasi oleh kawan-kawan dari Pergerakan Indonesia (PI) Wilayah Jogjakarta yang kebetulan sedang makan malam bersama di salah satu tenda makan. Kawan2 PI ini meminta agar tim FLP dan MURI Center bersedia untuk mengadakan kampanye dialogis. Dengan kritis, salah seorang kawan dari PI tersebut menanyakan kasus Pagilaran (Batang) dan cara untuk mewujudkan perlawanan terhadap liberalisasi pendidikan.

M. Reza Ikhwan , Capresma UGM no. 3 yang di usung oleh FLP, mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan teratur dan jelas. “ kasus Pagilaran adalah kasus lama yang melibatkan perusahaan perkebunan UGM (hebat euiy…redaksi yakin hanya sedikit mahasiswa Gadjah Mada yang tahu kasus ini..tapi Reza tahu lho), kasus ini bila terbukti benar merugikan masyarakat miskin di Batang, maka tentu akan kami agendakan untuk diperjuangkan besama. Yang jelas saat ini, kita membutuhkan objektivasi. Penelitian kritis dan pengungkapan sejarah kasus ini, harus sesegera mungkin diungkan di publik., UGM adalah kampus rakyat, bukan kampus yang merugikan rakyat.” Ujar Reza menjawab pertanyaan pertama.

mengenai cara untuk melawan liberalisasi pendidikan, maka terdapat langkah2 khusus yang dapat dilakukan bersama. Pertama, lakukan edukasi untuk menyadarkan, kedua, siapkan sarana dan prasarana. Baik tujuan pragmatis maupun jangka panjang. Dan ketiga, jika dua hal diatas telah dilakukan, maka ciptakanlah momentum agar Aksi Massa bisa dilakukan. Untuk mewujudkan ini, kita butuh gerak bersama antar elemen bangsa, bukan hanya BEM dan bukan hanya LSM tapi Gerakan BERSAMA” papar Reza dengan tegas. (FLP News)


Tidak ada komentar: